+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Kabar UBB

Universitas Bangka Belitung
19 November 2023 | 14:05:03 WIB


Mahasiswa Agribisnis UBB Gelar Penyuluhan di Desa Labu, Tingkatkan Minat Petani Gunakan Pupuk Kompos Organik


Sembilan mahasiswa Agribisnis UBB berfoto bersama di ruangan BPD Desa Labu, didampingi dosen pendamping Fournita Agustina, Jumat (3/11/2023) pagi

Balunijuk, UBB - Sebanyak sembilan mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung (UBB), Jumat (3/11) pagi, melaksanakan penyuluhan tentang pemuatan pupuk kompos berbahan organik kepada petani di Desa Labu Kecamatan Puding Besar, Bangka.


Ketua Kelompok Penyuluhan Agribisnis Harun Rosit mengemukakan kegiatan ini merupakan bagian  dari pembelajaran team based project untuk   matakuliah penyuluhan pertanian.  Matakuliah berbobot tiga satuan  kredit semester (sks)  ini diampu oleh Dr Fournita Agustina S.P. M.Si, Yulia, S.Pt., M.Si dan Ir Eddy Jajang Jaya Atmaja MM.


“Antusias petani sangat tinggi.  Mereka mengaku senang karena mendapat informasi baru cara membuat  kompos berbahan organik.  Apalagi bahan utamanya di desa ini  sangat berlimpah, seperti tandan kosong sawit dan kotoran sapi,” ujar Harun Rosit, yang didampingi Awaluddin sebagai pemberi materi penyuluhan.


Penyuluhan cara membuat pupuk kompos organik ini  dilaksanakan di Kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD).  Sedikitnya 25 petani  hadir,  didampingi  Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ‘Labu Maju Bersama’ Kandar dan Kepala Desa Labu,Muslim.


Dalam penyuluhan tersebut, Awaludin dan Harun Rosit secara panjang-lebar memaparkan  cara  memproduksi pupuk kompos organik. Bahan yang digunakan  di antaranya limbah sawit  seperti tandan kosong dan fiber sawit, kotoran hewan (kohe), fermentasi ikan, molase,  dan kapur  pertanian.


“Semua petani di  sini bisa membuat pupuk kompos organik.  Selain mudah membuatnya, bahan baku pupuk organik  pun  mudah diperoleh.   Petani bisa menghemat biaya pemupukan, karena mampu memproduksi pupuk kompos organik sendiri,” tukas Harun, mahasiswa Agribisnis semester lima.


Langkah pertama membuat  pupuk kompos berbahan organik  menurut Harun adalah mencampur semua bahan di sebuah wadah. Setiap minggu sekali bahan kompos diaduk hingga merata. .Selama tiga  hingga satu  bulan,  bahan kompos yang difermentasi disiram   menggunakan air limbah  ikan.  Setelah pupuk kompos organik ‘matang’,  didiamkan hingga suhu turun dan menjadi dingin.  Setelah itu baru  dikemas dalam karung ukuran lima hingga 10 kilogram.


“Ini penting diketahui, sebab kalau suhu kompos organik masih tinggi langsung digunakan kepada tanaman, tanaman bisa mati,” ujar Harun, dalam penyuluhan yang dimoderatori oleh Fitri Adelia.


Menjawab pertanyaan salah seorang petani yang hadir,  Awaluddin yang mendampingi Harun mengemukakan  tempo menghasilkan pupuk itu  sekitar satu hingga dua bulan.  Ciri pupuk sudah matang dan bisa digunakan, di antaranya  warna yang berubah menjadi hitam, aroma tapai, dan suhu fermentasi tidak lagi panas.


Dikemukakan Awaluddin  pupuk kompos organik memiliki banyak kelebihan.  Di samping mengandung unsur hara makro, seperti Nitrogen (N) lebih dari 1,5 persen, sementara kandungan Fosfat satu persen, dan Kalium Clorida (KCl) 1,5 persen,  penggunaan pupuk kompos justeru  memperbaiki struktur tanah.


“Kelebihan lainnya, jika ditaburkan di tanah selama enam bulan, unsur hara yang terkandung di pupuk tidak hilang.  Bahkan,  kalau pun digunakan melebihi takaran yang ditentukan, tanaman tidak akan mati,” ujar Awalludin.


Menanggapi penyuluhan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Agribisnis UBB,  Kepala Desa Labu Muslim mengungkapkan  kegembiraannya.  Sebab edukasi teknis membuat pupuk kompos organik ini, sangat bermanfaat bagi kelanjutan usahatani petani.  Ada alternatif  pupuk yang mudah diproduksi oleh petani sendiri.


Sebagian besar dari penduduk di Desa Labu berprofesi sebagai petani.  Kebanyakan dari mereka bercocok tanam sawit dan karet. Di desa yang jaraknya kurang-lebih 30 km dari Kota Pangkalpiang, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ini beroperasi perkebunan sawit PT  MAS (Mitra Agro Sembada).


Sebelumnya Fournita Agustina, sebagai salah seorang dosen pendamping pada kegiatan penyuluhan ini, menjelaskan  bahwa  kegiatan penyuluhan merupakan bagian pemberlajatan team based project dari mata kuliah penyuluhan pertanian. 


“Team based project merupakan salah satu metode pembelajaran baru bagi mahasiswa.  Dalam konteks ini, mahasiswa turun langsung  ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat,” tukas Fournita yang juga Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) UBB. (Eddy Jajang J Atmaja)



UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi